BACA JUGA:Marq Samai Rekor Legenda Ducati
Penyebab lain: pasok kebutuhan pembangunan tidak cukup. Lebih banyak yang membangun daripada produksi semen, baja, dan seterusnya. Mereka hanya tertolong oleh –Anda sudah tahu– murahnya harga batu dan pasir.
Harga pasir hanya Rp 40.000/kubik. Batu Rp 80.000. Praktis hanya ongkos angkut dan memecahnya. Semen Rp 120.000/sak 50 kg. Pabrik semen dalam negeri hanya bisa mencukupi 60 persen.
Akibatnya: harga-harga pun melonjak. Melompat. Tidak henti-hentinya. Kontraktor angkat tangan. Nilai kontrak tidak cocok lagi dengan kenaikan harga-harga.
Kurs mata uang Ethiopia, Birr (ETB), jatuh. Terguling-guling. Terutama di pasar gelap. Bisa empat kali dari kurs resmi pemerintah. Terjadilah krisis moneter. Sejak tiga tahun lalu. Untungnya tidak merembet ke krisis politik dan kerusuhan sosial.
BACA JUGA:Capaian Realisasi PBB 2024 Sekitar 54,50 Persen
Ethiopia pun minta bantuan IMF: utang USD 10 miliar.
IMF setuju. Tapi ada syarat. Birr harus didevaluasi.
Maka Agustus tahun lalu dilakukanlah devaluasi birr. Drastis: 100 persen. Satu dolar yang sebelumnya 50 birr menjadi 120 birr.
Pengusaha menjerit. Harga-harga naik. Serentak. Ketika inflasi tinggi, sudah banyak bangunan tidak bisa dilanjutkan. Ketika dilakukan devaluasi lebih-lebih lagi.
BACA JUGA:Marq Samai Rekor Legenda Ducati
Tapi tidak ada demo. Demokrasi di Ethiopia bukanlah demokrasi.
Keadilan juga baru bisa didapat kalau ada uang dan koneksi. Di Indonesia masih sedikit lebih beruntung: keadilan bisa didapat dengan jalan ketiga: diviralkan di medsos –no viral no justice.
Di Ethiopia medsos tidak bisa memviralkan ketidakadilan. Medsos hanya untuk gosip artis.
Tumbuh tinggi, inflasi tinggi, harga-harga naik, bangunan mangkrak, kota gemerlapan, semua itu saya anggap sebagai fenomena growing pain: penyakit bawaan bagi negara yang sedang bertumbuh.
Kita juga mengalami itu. Di masa lalu. Kita berkali-kali melakukan devaluasi di awal pertumbuhan kita. Sakit akibat devaluasi biasanya berlangsung satu tahun. Orang harus hidup. Bergerak maju. Sakit akibat kenaikan harga pun mulai pulih –setelah terbiasa dengan harga baru.