Puncaknya, setelah kematian Herman Mellema, datang putusan pengadilan Amsterdam untuk menyita seluruh harta kekayaan Herman Mellema di Hindia.
Tak cukup sampai di situ, pengadilan Belanda pun tidak mengakui perkawinan Minke dengan Annelies secara hukum karena Annelies masih di bawah umur.
Minke dan Nyai Ontosoroh pun terus berjuang melawan hukum kolonial ini meskipun pada akhirnya menemui kegagalan.
BACA JUGA:5 Rekomendasi Film Populer Aktor Tampan Bryan Domani
Sejarah dan Penghargaan Bumi Manusia
Dalam kesusastraan Indonesia, Bumi Manusia memiliki kedudukan yang sangat penting. Novel itu menjadi satu-satunya karya sastra anak bangsa yang menjadi kandidat peraih Nobel dalam bidang sastra.
Selain itu, Bumi Manusia juga sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, sehingga memiliki kedudukan sebagai bagian dari sastra dunia.
Bahkan, novel itu telah dibicarakan di forum internasional dan berbagai media massa, misalnya dalam Volksrant yang terbit di Belanda.
BACA JUGA:Daftar Film Prilly Latuconsina, Mulai dari Romansa hingga Horor
Di London, novel itu dibicarakan dalam majalah South (The Third World Magazine); majalah Eastern Economic Review, yang telah memuat resensinya; dan Nederland Rotterdamse Courant di Rotterdam, juga telah memuji kehebatannya.
Novel tersebut juga menuai pujian dalam majalah Time, dan media-media Amerika Serikat sekaliber New York Times, USA Today, The Los Angeles Times, dan The San Fransisco Chronicie.
Namun, seturut dengan segudang pujian prestasi yang menyelimuti novel itu, nasib “kurang baik”justru dialami sang penulis, Pramoedya Ananta Toer.
Pria kelahiran 6 Februari 1925 ini pernah dibuang ke Pulau Buru. Bahkan, ketika terjadi penangkapan terhadapnya, ia mendapatkan penyiksaan.
BACA JUGA:5 Rekomendasi Film Horor Prilly Latuconsina yang Keren dan Menegangkan!
Setelah itu, Pram dipenjara di Tangerang, Salemba, Cilacap, dan selama sepuluh tahun hidup di pengasingan Pulau Buru, sebelum akhirnya dibebaskan setelah jatuhnya rezim Orde Baru.
Pada September 2005, buku ini diterbitkan oleh Lentera Dipantara. Bumi Manusia juga merupakan buku pertama dari empat seri novel yang dikenal dengan Tetralogi Pulau Buru.