Sutradara Barry Jenkins mengemas "Mufasa: The Lion King", begitu apik. Film berdurasi hampir dua jam ini, memperlihatkan karakter kuat Mufasa, bahkan sejak rilis pertama (1994), lima tahun lalu.
BACA JUGA:Tuding Singapura Ambil Keputusan Aneh
Sosok Raja Hutan kharismatik, ditonjolkan Jenkins, sekalipun dalam "flashback". Kelincahan dan daya survival, saat menantang bahaya adalah bakat kepemimpinan Mufasa sebagai raja kelak.
Alur cerita ("screenplay") Jeff Nathanson sangat mengalir. Film sekuel Mufasa: The Lion King yang pertama kali tayang 2019, sangat layak ditonton sebagai tontonan fiksi bermutu. Meraup USD 1,65 milyar, The Lion King (2019) menjadi film animasi terlaris dan "Box Office".
Berlatar Gunung tertinggi di Afrika (Tanzania), Kilimanjaro (5895 meter), sekuel The Lion King begitu memanjakan mata penonton. Film animasi dengan spesial efek yang aduhai, pokoknya sangat menghibur.
Efek khusus film Mufasa: The Lion King, dibuat dengan memakai teknologi "virtual reality" (VR), motion picture, dan simulcam. Sehingga singa-singa animasi, akan terlihat seperti riil Singa.
Film animasi 3D dari Walt Disney ini, layak ditonton. Saya nggak mau cerita komprehensif. Takut, Anda nggak jadi nonton...he..he...selamat menyaksikan. (Sabpri Piliang)