KORANPAGARALAMPOS, Pagaralam – Para petani kopi di Desa Sumber Jaya, Kelurahan Candi Jaya, Kecamatan Dempo Tengah, menghadapi dilema akibat keterbatasan lahan untuk menjemur hasil panen mereka.
Meski panen kopi masih melimpah, para petani terpaksa menyimpan biji kopi dalam karung-karung karena kurangnya ruang penjemuran, yang berisiko merusak kualitas kopi.
Mayang, salah satu petani kopi di Desa Sumber Jaya, menuturkan bahwa meskipun harga kopi sempat mencapai angka yang tinggi, saat ini harga tersebut sudah menurun dari angka Rp 72 ribu per kilogram.
Namun, tantangan terbesar yang mereka hadapi adalah tempat penjemuran yang terbatas, menyebabkan biji kopi yang baru dipanen harus disimpan terlebih dahulu sebelum bisa dijemur.
BACA JUGA:3 Rekomendasi Wisata di Musi Rawas, Ada Bukit Botak!
“Hasil panen kopi di kebun saya masih terus berlangsung, tapi karena tempat menjemur terbatas, terpaksa biji kopi disimpan dulu dalam karung. Kalau kelamaan disimpan, kopi bisa rusak dan berjamur, yang akhirnya membuat harga jualnya turun,” ungkap Mayang.
Menurutnya, kualitas kopi sangat dipengaruhi oleh proses penjemuran. Ketika kopi terlalu lama disimpan tanpa dijemur, hal ini bisa menyebabkan penurunan kualitas yang signifikan.
Dengan cuaca yang cerah dan terik matahari yang cukup, para petani kesulitan memanfaatkan momentum tersebut karena keterbatasan lahan.
Sebagai solusi sementara, Mayang bersama petani lainnya terpaksa harus bergantian menggunakan lahan penjemuran atau meminjam lahan dari sesama petani.
BACA JUGA:Kiper Juventus Ini Ternyata Hampir Gabung Liverpool
“Kalau tempat penjemuran tidak ada, ya mau tidak mau harus gantian menjemur atau pinjam lahan dari petani lain,” tambahnya. Masalah keterbatasan lahan ini menjadi salah satu tantangan yang dihadapi oleh petani kopi di Pagar Alam, terutama saat musim panen yang melimpah. (Dep12)