BACA JUGA: Ciptakan Pemilihan yang Berintegritas, Jujur dan Adil
Kedelai dari pedalaman Brasil harus diangkut ke pantai timur. Lalu dikapalkan ke Tiongkok lewat selat Panama. Jauh sekali.
Dengan jalan tol dari Brazil ke Peru itu tidak perlu lagi rute memutar. Tentu investasi jalan tol mahal. Tapi dengan mengaitkan jalan tol dengan pelabuhan Chancay dua-duanya menjadi lebih ekonomis.
Tanpa jalan lintas negara itu pengembalian modal pembangunan pelabuhan Chancay bisa lebih lama.
Sedang biaya membangun jalan baru itu sendiri akan terbayar dari banyaknya produk Brasil yang melewatinya.
BACA JUGA:Singgung Bantuan Ducati kepada Marc Marquez
Brasil tidak punya pantai barat. Biaya melewati terusan Panama lebih mahal dari karcis jalan tol baru menuju Chancay.
Dan lagi Anda sudah tahu: kapal terbesar yang bisa melewati terusan Panama adalah yang ukuran 100 DWT. Jauh lebih kecil dari kemampuan terusan Suez di Mesir: bisa 180 DWT.
Padahal pelabuhan baru di Chancay itu bisa disandari kapal sebesar 500 DWT. Itulah ukuran kapal terbesar di dunia.
Dari Chancay raksasa itu bisa langsung berlayar menuju pelabuhan Shanghai. Waktu yang bisa dihemat 30 hari. Satu bulan. Dengan biaya yang lebih murah.
BACA JUGA:Barcelona Mulai Lirik Haaland
Shanghai sudah lebih dulu punya pelabuhan kelas 500 DWT itu. Letaknya --tarik nafas-- 30 km dari daratan.
Tiongkok sengaja membangun jalan tol di atas laut. Sepanjang 30 km. Pelabuhannya di ujung jalan tol itu. Saya tak habis geleng kepala saat meninjaunya lebih 15 tahun lalu.
Kian tahun kapal yang dibuat kian besar. Agar lebih efisien. Pelabuhan-pelabuhan kecil kian mati. Apalagi pelabuhan sungai.
Kapal terbesar sekarang ini disebut Ultra Large Container Vessel. Panjangnya hampir 500 meter --setengah kilometer. Dua kali dari panjangnya kapal Titanic (269 meter) yang tenggelam itu.
BACA JUGA:Salurkan Makanan Begizi, Cerdaskan Anak Bangsa