Seorang perwira Belanda sedang berburu rusa di Pegunungan Leuser pada masa kolonial dan secara tidak sengaja menembak perburuannya partner di puncak Loser.
Para kuli yang mendampingi rombongan menggunakan kata Gayo, los, yang berarti "mati" inilah mengapa diberi nama Gunung Loser yang kemudian menjadi Gunung Leuser.
Namun bagaimana Leuser mendapatkan nama yang sangat erat hubungannya itu masih belum jelas.
2. Kawasan Gunung Leuser Tidak Dihuni Manusia
BACA JUGA:Bahas Langkah Penanganan dan Pengendalian Inflasi
Taman Nasional di kawasan ini sama sekali tidak dihuni manusia dan dianggap sebagai kawasan hutan belantara terluas dan jalur hutan belantara terpanjang di Asia Tenggara.
Disebutkan juga bahwa hanya sedikit pendaki yang berusaha mencapai puncak sebenarnya sebagaimana dibuktikan dengan jalur yang buruk.
3. Gunung Leuser Memiliki 3 Puncak
Terdapat tiga puncak utama di Pegunungan Leuser yang menarik bagi para trekker yaitu Gunung ‘Tanpa Nama’, Loser dan Leuser.
BACA JUGA:Bawa Aspirasi dan Kepentingan Masyarakat
Seringkali ada anggapan yang keliru bahwa puncak tertinggi di Pegunungan Leuser adalah Gunung Leuser, padahal sebenarnya itu adalah Gunung ‘Tanpa Nama’.
Gunung Leuser merupakan puncak terendah dari ketiga puncak tersebut.
BAKOSURTANAL, Badan Survei dan Pemetaan Indonesia, mencantumkan nama serta lokasi Loser dan Leuser pada peta topografinya.
Pihak berwenang Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) sudah mengadopsi nama dan lokasi ini sesuai yang diberikan oleh BAKOSURTANAL pada brosur mereka.Brosur tersebut pun mengidentifikasi lokasi Gunung ‘Tanpa Nama’.
BACA JUGA:Bahas Langkah Penanganan dan Pengendalian Inflasi
4. Puncak Tertingginya Disebut Gunung Tanpa Nama