Meski mengalami banyak perubahan, mesin Suzuki A100 tetap dipertahankan.
Keputusan ini memberikan keunikan tersendiri, menunjukkan bahwa meskipun tampilan luar motor ini sangat modern, jiwanya tetap bersumber dari era klasik.
Sementara itu, untuk bagian kaki-kaki, Radite menerapkan suku cadang dari berbagai jenis motor lain, seperti pelek Morodadi F1ZR dan suspensi depan dari Yamaha 75 serta suspensi belakang dari Mio Soul.
Ini adalah contoh nyata dari kreativitas dalam dunia modifikasi, di mana kanibalisme suku cadang digunakan untuk menciptakan performa yang lebih baik tanpa mengorbankan estetika.
Seluruh bagian dan aksesori lainnya pun dibuat secara handmade oleh tim 69 Nerakatau.
Dedikasi ini terlihat jelas dalam setiap detail motor, dari garis desain hingga fungsionalitas.
Hasil kerja keras dan kreativitas mereka tidak hanya menghasilkan sebuah motor yang cantik, tetapi juga motor yang dapat berkompetisi di level tinggi.
Tidak heran jika Suzuki A100 hasil modifikasi ini berhasil meraih juara satu di kategori All Cafe Racer pada Kustomfest 2024.
BACA JUGA:Suzuki Gixxer SF 150, Motor Baru dengan Fitur Canggih, Segini Harganya!
Keberhasilan ini menjadi bukti bahwa modifikasi yang baik tidak hanya mengandalkan tampilan luar, tetapi juga mempertimbangkan performa dan fungsionalitas.
Motor ini adalah contoh sempurna dari bagaimana sebuah kendaraan klasik bisa dihidupkan kembali dengan sentuhan modern, sambil tetap menghargai warisan yang telah ada.
Dengan segala inovasi yang diterapkan, Suzuki A100 1973 ini menolak untuk dianggap tua.
Melalui modifikasi cafe racer, motor ini berhasil menyuguhkan perpaduan antara gaya retro dan performa modern, menjadikannya salah satu karya seni yang patut diapresiasi dalam dunia otomotif.
BACA JUGA:Yamaha RX 100 Bangkit dari Kubur, Siap Bikin Pecinta Motor Tercengang, Begini Penampakannya!
Karya Radite Octavanka ini tidak hanya menjadi kebanggaan bagi pemiliknya, tetapi juga menjadi inspirasi bagi banyak builder di luar sana untuk terus berkarya dan berinovasi.