Bagian tengah tubuhnya melekuk ke dalam seperti pinggang, yang diperkuat oleh pola susunan batu bata pada dinding barat atau dinding depan candi.
Atap candi juga tidak berbentuk prisma bersusun atau segi empat, melainkan bersudut banyak dengan puncak datar.
Candi Brahu memiliki kaki candi yang dibangun dalam dua susunan.
Kaki bagian bawah setinggi sekitar 2 meter dan memiliki tangga di sisi barat yang menuju selasar selebar sekitar 1 meter yang mengelilingi tubuh candi.
BACA JUGA:Lumajang, Destinasi Wisata Alam yang Menghadirkan Kedamaian dan Keindahan!
Dari selasar pertama, terdapat tangga setinggi sekitar 2 meter yang menuju selasar kedua.
Di atas selasar kedua inilah tubuh candi berdiri.Di sisi barat, terdapat lubang semacam pintu pada ketinggian sekitar 2 meter dari selasar kedua.
Dahulu, mungkin ada tangga naik dari selasar kedua menuju pintu di tubuh candi.
Namun sekarang, tangga tersebut sudah tidak ada lagi, sehingga sulit bagi pengunjung untuk masuk ke dalam ruangan di tubuh candi.
BACA JUGA:Menjelajahi Bandung Malam Hari, Destinasi Wisata Seru Setelah Matahari Terbenam!
Konon, ruangan di dalam candi ini cukup luas dan dapat menampung sekitar 30 orang.
Susunan bata pada kaki, dinding tubuh, dan atap candi diatur sedemikian rupa sehingga membentuk gambar berpola geometris dan lekukan-lekukan yang indah.
Candi Brahu mulai dipugar tahun 1990 dan selesai pada, 1995.
Menurut masyarakat di sekitarnya, tidak jauh dari Candi Brahu dahulu terdapat beberapa candi lain, seperti Candi Muteran, Candi Gedong, Candi Tengah, dan Candi Gentong.
BACA JUGA:Menjelajahi Destinasi Wisata Tersembunyi, Keindahan Alam Desa Cipacing di Majalengka!
Namun sekarang, kesemua candi itu sudah tidak terlihat.Ada pendapat yang menyatakan bahwa Candi Brahu lebih tua daripada candi-candi lain di sekitar Trowulan dan diperkirakan berdiri pada abad ke-15.