BACA JUGA:Pancaroba, Waspadai Penyakit DBD
"Waktu itu kalau saya gak boleh bawa adik masuk kelas, saya gak mungkin bisa belajar. Adik-adikku pasti ngerengek nangis di luar kelas".
Akhirnya wanita Disway Indramayu itu tidak lanjut ke universitas. Padahal sering mendapat nilai 100. Dia harus menghidupi dua adik dan ibunyi.
Waktu itu pilihan tersulit baginyi. Sekolah atau mencari nafkah. Nilai akademiknyi begitu baik. Tapi dia kakak tertua. Harus memberi makan dua adik dan ibunda. Kerja pun tidak banyak pilihan. Tidak boleh jauh dari desanyi: harus sambil merawat ibunda.
"Gak apa-apa. Saya gak butuh gelar akademis. Saya lebih bangga jadi kakak yang baik. Bisa ngayomi adik-adik, meringankan beban orang tua.
BACA JUGA:Benarkah Usia Pakai Aki Mobil Tak Lebih dari 2 Tahun?, Ini Penjelasannya!
Hingga kini saya tidak menyesali pilihan itu," tulisnyi.
Orang seperti wanita Disway Indramayu inilah yang paling marah setiap kali membaca berita korupsi. Atau penyalahgunaan kekuasaan. Atau nepotisme.
Dia memang menolong adik tapi dengan keringat dan air mata, bukan lewat kekuasaan.
Dan dia tidak sendiri.(Dahlan Iskan)