“Dulu sebelum jadi kampung Emplak, nama daerah ini adalah kampung Karang Tanjung, disini tinggal sepasang suami istri Aki dan Nini (Kakek dan Nenek) bernama Arga Piara dan Nini Ambu Kolot,” paparnya.
Kakek Agra hobinya memancing di laut, setiap hari Sabtu si kakek selalu pergi mencari ikan dengan cara memancing.
Sementara si nenek menunggu setia di rumah, namun sampai sore hari si kakek tak kunjung pulang.
Hal itu tentu membuat si nenek gelisah. Karena takut terjadi apa apa akhirnya si nenek mencari si kakek dengan menelusuri pantai sambil sesekali memanggil manggil si kakek.
BACA JUGA:Destinasi Wisata Seru Di Lembang Bandung Barat: The Great Asia Africa
Namun sampai malam hari si kakek tak jua ditemukan, bahkan para penduduk yang membantu mencari si kakek mulai putus asa sehingga mereka pulang ke rumahnya masing masing.
Meski para penduduk sudah pada pulang si nenek masih saja menunggu di tepi pantai.
Berubah Wujud Jadi Batu Karang Memiliki kesaktian, si Nenek lalu memohon kepada Ratu Laut Kidul, agar dapat dipertemukan dengan si kakek.
Tak lama kemudian, menjelma sebuah batu karang mengambang sebagai perwujudan dari jasad si kakek.
BACA JUGA:Wisata Alam Dengan Konsep Nomadic Tourism Terbaik Versi Kementerian Pariwisata: Orchid Forest Cikole
Batu Karang itu saat ini dinamakan Batu Bale Kambang, kabarnya kalau berdiri di atas batu tersebut terasa seolah bergoyang.
Didorong oleh keinginan dan bukti cinta kasih sayangnya, kemudian si Nenek bersemedi kembali di atas batu karang.
Ia memohon kepada Nyi Roro kidul, agar dirinya selalu didekatkan dan dijelmakan seperti si Kakek.
Akhirnya si nenek menjelma menjadi sebuah batu karang dan menghadap laut ke arah batu Bale Kembang.
BACA JUGA:Destinasi Wisata Tangkuban Perahu Bandung: Wajib Dikunjungi GUYS!
Sekarang batu itu disebut “Batu Karangnini”, dan menjadi salah satu objek wisata pantai terindah di Pangandaran.