PAGARALAM POS, Pagaralam – Jeruk Gerga, buah lokal khas Kota Pagar Alam, diharapkan menjadi buah ikonik yang mampu meningkatkan daya jual dan konsumsi. Namun, realitas di lapangan belum sesuai harapan.
Salahsatu masalah utama yang dihadapi petani adalah tingginya jumlah limbah pasca panen, sekitar seperempat dari hasil panen merupakan jeruk yang tidak layak jual (reject).
Limbah ini biasanya hanya ditinggalkan di kebun atau dikubur, yang dapat mencemari lingkungan dan menyebabkan hama serta penyakit.
Kelompok Tani Jeruk Gerga di Kelurahan Muara Siban Baru, Kecamatan Dempo Utara, yang diketuai Endang Sutiono, menyampaikan bahwa mereka menghadapi masalah serius terkait limbah jeruk.
BACA JUGA:Tembus Target, Petani Semakin Optimis
Sebagai solusi, kelompok tani ini bekerja sama dengan Dinas Pertanian dan pihak akademisi dalam upaya mengolah limbah tersebut.
Para akademisi dari Institut Teknologi Pagar Alam (ITPA) pun mencetuskan program pengabdian, yang mengajarkan petani cara mengolah limbah jeruk gerga menjadi produk bernilai tambah, salahsatunya Nata de Citrus Gerga.
Produk ini adalah pangan olahan dari sari jeruk gerga yang kaya serat dan bermanfaat untuk pencernaan.
Selain itu, petani juga diberikan pelatihan dalam hal pengemasan dan pemasaran produk.
BACA JUGA:Nano Sutiman
Ketua Kelompok Tani, Endang Sutiono, menyampaikan rasa terimakasihnya, “Pelatihan ini sangat membantu kami dalam mengolah limbah jeruk dan meningkatkan nilai jual jeruk gerga,” ujarnya.
Pelatihan ini melibatkan dosen ITPA, seperti Inka Rizki Padya, Ferry Putrawansyah, dan Anggia Martiana, serta mahasiswa Prodi Teknologi Hasil Pertanian ITPA.
Dengan pengolahan limbah ini, diharapkan petani dapat meningkatkan pendapatan dan jeruk gerga bisa lebih dikenal di luar Pagar Alam. (Cg09)