Sejak ditetapkan sebagai taman nasional pada 9 Agustus 2002, Wakatobi telah berperan penting dalam melindungi ekosistem laut yang vital.
Sebelumnya, sejak 1989, kawasan ini sudah dikenal sebagai area konservasi laut hasil kolaborasi antara Direktorat Jenderal Kehutanan dan Konservasi Alam dengan WWF.
Taman Nasional ini mencakup empat pulau utama: Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko, yang masing-masing memiliki daya tarik dan pengalaman unik.
Pulau Wangi-Wangi adalah titik awal utama untuk memasuki taman nasional ini, dengan akses dari Pelabuhan Sombu atau Mola menggunakan perahu ke Tanjung Kapota.
Di sini, pengunjung dapat menikmati pemandangan matahari terbit dan terbenam yang spektakuler, serta berkesempatan melihat lumba-lumba di sekitar perahu.
Desa Tradisional Liya Togo juga menawarkan pengalaman budaya yang khas dengan rumah kayu tradisional dan kehidupan masyarakat lokal.
Pulau Kaledupa menawarkan suasana damai dengan pemandangan pohon kelapa dan hutan mangrove yang menenangkan, ideal untuk bersantai dan menjauh dari keramaian.
Sementara itu, Pulau Tomia adalah destinasi utama bagi penyelam dengan lebih dari 40 situs selam yang menakjubkan, termasuk situs terkenal seperti Roma yang penuh dengan terumbu karang dan rumput laut yang menawan.
BACA JUGA:Tempat Wisata Mistis di Malang: Mengungkap 4 Lokasi Penuh Misteri dan Keangkeran
Pulau Binongko, sebagai pulau terjauh, memberikan kesempatan untuk mengeksplorasi budaya lokal. Di sini, pengunjung bisa menyaksikan pertunjukan tarian tradisional dan melihat proses pembuatan pisau serta parang menggunakan metode tradisional.
Di Taman Nasional Wakatobi, aktivitas seperti menyelam menawarkan pengalaman yang menakjubkan dengan keanekaragaman terumbu karang yang luar biasa.
Coral Triangle di kawasan ini menyimpan berbagai spesies terumbu karang yang mempesona, membuatnya menjadi surga bagi penyelam dan pecinta laut.
Pengunjung juga dapat melihat lumba-lumba di Pulau Kapota, sekitar 15 menit dari Pulau Wangi-Wangi, dengan waktu terbaik untuk melihat fenomena ini adalah antara pukul 6 hingga 7.30 pagi.
BACA JUGA:Melihat Pulau Maratua: Menyelami Keindahan Wisata Eksotis di Kalimantan Timur
Interaksi dengan masyarakat Suku Bajo di Kampung Bajo Mola juga memberikan kesempatan untuk belajar tentang tradisi dan budaya mereka yang unik, termasuk kemampuan menyelam dan membaca bintang.