"Melakukan engine flush tentu saja aman asal dengan cara yang benar, setiap ganti oli dilakukan juga tidak masalah, hanya saja akan disayangkan bila sebenarnya tanpa itu kondisi mesin tetap akan sehat," ujar Hardi dalam sebuah wawancara.
Hardi menjelaskan bahwa flushing oli mesin tidak diperlukan jika penggantian oli dilakukan secara rutin, terutama pada mesin yang mendapatkan perawatan teratur dengan interval kurang dari 5.000 km.
Pada mesin yang dijaga dengan baik dan rutin diganti oli, umumnya tidak ada endapan kotoran yang memerlukan flushing.
Kapan Flushing Diperlukan?
BACA JUGA:Kondisi AC Mobil Harus Off Sebelum Mematikan Mesin? Mitos atau Fakta?, Ini Penjelasan Lengkapnya!
Flushing dianjurkan ketika oli mesin tampak kotor. Anda dapat memeriksa kondisi oli dengan membuka tutup kepala silinder dan melihat apakah ada endapan oli atau tidak.
"Harapannya dengan menambahkan cairan engine flush sebelum oli diganti, kotoran akan luruh dan ikut terbuang lewat lubang pembuangan, sehingga oli mesin akan benar-benar terasa diganti dengan yang baru," ujar Hardi.
Flushing juga bisa menjadi solusi ketika mesin menunjukkan tanda-tanda kotoran yang membandel, yang mungkin tidak terangkat hanya dengan penggantian oli biasa.
Dengan menggunakan engine flush, Anda bisa memastikan bahwa mesin benar-benar bersih dari endapan kotoran.
Risiko Penggunaan Flushing
Meskipun flushing memiliki manfaat, penggunaannya tidak selalu dianjurkan, terutama jika oli mesin sudah sangat kotor atau mengandung lumpur.
"Hardi mengimbau agar tidak menggunakan engine flush bila kondisi oli mesin sudah terlanjur sangat kotor atau mengandung lumpur karena risikonya justru bisa membuat mampat saluran oli," jelas Hardi.
Dalam kondisi oli yang sangat kotor, flushing bisa berisiko menyebabkan penyumbatan pada saluran oli, yang pada gilirannya dapat merusak mesin.
BACA JUGA:Mobil Matik Ngempos, Kenali 4 Penyebab Ini, Simak Penjelasan Lengkapnya Disini!
Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan kondisi oli sebelum memutuskan untuk melakukan flushing.