BACA JUGA:Pendakian Gunung Puntang: Menyusuri Jejak Sejarah dan Keindahan Alam di Bandung Selatan
3. Kawahiva, Brasil
Dikenal jua menjadi "orang pendek" atau "orang berambut merah" oleh suku-suku di dekatnya, rakyat Kawahiva terpaksa mengadopsi cara hidup nomaden pada beberapa dasa warsa terakhir sebab penggundulan hutan pada hutan hujan Amazon pada Brasil.
Sangat sedikit gosip yg tersedia perihal mereka sebab mereka tidak pernah melakukan interaksi tenang menggunakan pihak luar.
Mereka bertahan hayati menggunakan berburu, mengumpulkan, dan mengumpulkan madu dari pohon. Kawahiva kemungkinan besar mempunyai populasi tidak lebih asal 30 individu.
4. Moxihatetema, Brasil dan Venezuela
BACA JUGA:Legenda Gunung Marapi: Kisah Mistis dan Sejarah di Balik Keindahan Alam Minangkabau
Pada dalam Cagar Alam Yanomam, hiduplah suku Moxihatetema.
Mereka yg terdiri berasal sekitar 100 orang yang memilih buat memisahkan diri berasal global luar, bahkan berasal suku lain yg terdapat pada Yanomami.
Mirip suku lainnya, suku Moxihatetema pula menghadapi ancaman eksternal berasal para penambang emas ilegal, yg operasinya menyebabkan kerusakan lingkungan pada ekosistem cagar alam.
Mereka pula kadang mempunyai hubungan berdarah atau perseteruan menggunakan suku-suku pribumi lainnya.
BACA JUGA:Menyelami Sejarah Peninggalan Kerajaan Islam di Indonesia yang Bercorak Islam!
5. Mashco Piro, Peru
Sesuai laporan yg ada, ada sekitar 15 suku yg belum tersentuh pada Peru, termasuk Mashco Piro.
Suku ini menghadapi bahaya kemajuan industri minyak dan penebangan kayu. menurut laporan, Mashco Piro biasanya menjaga jeda asal orang luar, namun belakangan ini relatif terlihat sebab perpindahan.
Mereka hayati secara tradisional menggunakan mengandalkan perburuan serta pengumpulan telur penyu untuk mencari nafkah. Pemerintah memperkirakan populasi mereka kurang berasal 800 orang.