BACA JUGA:Kisah Mistis di Balik Keindahan Gunung Agung: Antara Kera Putih dan Larangan Sapi
Mendaki Puncak Mangu: Pengalaman Pribadi
Pada sebuah akhir pekan, saya bersama teman, Alit Arimbhawa, melakukan pendakian ke Puncak Mangu.
Tujuan kami adalah untuk berolahraga ringan dan menikmati udara segar pegunungan.
Terdapat tiga jalur pendakian utama: dari Pelaga di timur, Bedugul di barat daya, dan Wanagiri di barat laut.
Jalur dari Pelaga adalah yang paling umum digunakan dan telah tertata dengan baik oleh Pemerintah Kabupaten Badung dan Puri Mengwi.
BACA JUGA:Misteri Gunung-Gunung di Indonesia: Menyimak Kisah Mistis yang Tersembunyi
Jalur pendakian dari Pelaga terdiri dari tangga-tangga bebatuan yang teratur, meskipun beberapa titik mengalami kerusakan akibat longsor atau tumbangnya pohon.
Kami memulai pendakian pada pagi hari dari titik awal di lapangan parkir yang agak kotor dengan sampah non-organik yang ditinggalkan pendaki sebelumnya.
Hal ini mengingatkan saya akan pentingnya kesadaran lingkungan di kalangan pendaki gunung.
Di awal pendakian, kami sarapan nasi kuning di sebuah pondok petani yang terletak di samping embung penampung air.
BACA JUGA:Melihat Misteri Dibalik Keindahan Gunung Mutis, Berikut Ini Ulasanya!
Kami ditemani oleh seekor anjing putih kurus yang Alit beri sedikit makanan. Menikmati sarapan sambil menyaksikan keindahan Gunung Agung di kejauhan, kami memulai perjalanan kami dengan semangat.
Menjelajahi Jalur Pendakian
Jalur pendakian menuju Puncak Mangu sangat jelas, dengan tangga-tangga yang terbuat dari bebatuan yang disemen.
Lingkungan sekitar dipenuhi pepohonan besar dan semak-semak lebat khas hutan hujan tropis. Selama pendakian, kami melewati beberapa pos peristirahatan yang dipasang oleh Mapala Stiki.