Ini Ragam Cerita Legenda dari Danau di Indonesia yang Turun-Temurun

Selasa 30 Jul 2024 - 03:12 WIB
Reporter : Reri Alfian
Editor : Reri Alfian

Danau Sentani, Papua

BACA JUGA:Libur, Tetap Layani Masyarakat

Terkenal elok dan suci di Jayapura, Danau Sentani memiliki legendanya yang menarik. Masyarakat percara bahwa ada danau yang menempati danau. Naga tersebut membawa masyarakat bisa tinggal di sekitar Danau Sentani hari ini. Perpindahan mereka dari wilayah Papua Nugini dengan menunggang naga.

Namun ketika tiba di lokasi baru, naga itu tidak mampu terbang lebih jauh dan jatuh ke danau besar. Beberapa penunggang naga yang selamat menetap di sisa tubuh naga yang mati.

Bangkai naga itu menjadi beberapa pulau di Danau Sentani. Bagian kepalanya menjadi pulau di sisi timur danau, badannya menjadi Pulau Asei, dan bagian ekornya menjadi pulau sisi barat.

BACA JUGA:Jaga Akuntabilitas Penggunaan Anggaran

Mereka yang selamat memulai kehidupan baru di kawasan Sentani. Sang naga juga dipercaya sebagai leluhur masyarakat Sentani. Cerita tentang naga tunggangan itu tertuang di berbagai kerajinan masyarakat Sentani, seperti lukisan kulit kayu.

Danau Kelimutu, Nusa Tenggara Timur

Dikisahkan, di puncak Gunung Kelimutu pernah ditinggali oleh masyarakat yang dipimpin Konde Ratu. Di antara masyarakat, ada dua orang yang bersahabat dan tunduk dengan Konde Ratu.

BACA JUGA:Emas Budi

Namanya adalah Ata Bupu dan Ata Polo yang masing-masing memiliki kebiasaan berbeda. Ata Bupu suka melndungi orang lain, sedangkan Ata Polo adalah penyihir jahat yang suka makan manusia.

Suatu hari sepasang anak yatim piatu (Ana Kalo) menemui Ata Bupu untuk meminta perlindungan setelah orangtuanya meninggal. Ata Bupu setuju dengan syarat tidak boleh meninggalkan ladang miliknya agar tidak dimangsa Ata Polo.

Mereka sempat hampir dimangsa oleh Ata Polo, tetapi berhasil dicegah Ata Bupu. Ata Bupu meminta, jika ingin memangsa mereka harus menunggu sampai dewasa.

BACA JUGA:Walaupun Kecil! Ini Dia 5 Buah Super Untuk Kesehatan Merasakan Manfaat Buah Ceri Setiap Hari

Ketika mereka dewasa, kedua anak itu memiliki nama Koo Fai dan Nuwa Muri. Ata Polo datang menagih janji Ata Bupu. Ata Bupu menolak karena masih ingin melindungi mereka. Ata Bupu pun mengajak Koo Fai dan Nuwa Muri untuk pergi ke perut bumi untuk menyelamatkan diri. Ata Polo bersikeras mengejar mereka bertiga.

Namun nahasnya, keempatnya terkubur hidup-hidup di telan bumi. Tak lama di tempat Ata Bupu hilang, air berwarna biru muncul di atas Gunung Kelimutu, dan Ata Polo mengeluarkan air warna merah. Sementara tempat Koo Fai dan Nuwa Muri keluar air warna hijau.

Kategori :