Hasil ekskavasi pada penelitian Yondri (2012) menemukan balok-balok batu andesit dilapisi kerak lempung sebagai produk mengulit bawang (spheroidal weathering) pada batu kolom.
BACA JUGA:Mitsubishi Xpander Hybrid Siap Meluncur Tahun Depan di Indonesia
Seiring waktu, balok-balok batu tersebut kemudian berserakan di sekitar Gunung Padang dalam proses yang amat panjang.
Penemuan pertama kali batuan beku segar dan keras berstruktur kekar kolom yang berserakan di atas Gunung Padang dipandang sebagai sesuatu yang sakral karena amat berbeda dengan batuan lunak dan terubah di sekitarnya. Balok-balok batu tersebut kemudian disusun secara berundak untuk dijadikan lokasi upacara tradisional atau pemujaan, yang kini dikenal sebagai punden berundak.
Pola yang sama masih diterapkan hingga kini pada pembuatan pura di Bali dengan menggunakan ignimbrit (breksi pumis) serta tempat rekreasi atau hotel di Lembang yang memanfaatkan lava gunung api Sunda, Tangkubanparahu.
BACA JUGA:Wow! Gunung Padang Masuk Dalam 7 Penemuan Situs Kuno di Dunia, Ini Dia Daftarnya!
Dalam kesimpulan studinya, Bronto dan Langi menegaskan bahwa Gunung Padang adalah bentukan alam gunung api, dan hanya di bagian permukaan balok-balok batunya ditata orang pada masa lalu sebagai tempat yang sakral atau pemujaan.
Penelitian ini memberikan perspektif baru tentang asal-usul situs Gunung Padang, menyuguhkan bukti kuat bahwa situs ini adalah hasil proses geologi alami, bukan konstruksi manusia.
Hal ini sekaligus menyelesaikan sebagian dari misteri yang menyelimuti situs Gunung Padang dan menegaskan pentingnya kajian geologi dalam memahami sejarah alam dan budaya. *