PAOLO Zampoli, tak akan pernah dilupakan oleh Donald Trump. Mantan Presiden ke-45, dan Capres Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik, yang dalam bayangan saya, sangat dikhawatirkan oleh Partai Demokrat, di Pemilu Amerika Serikat 5 November mendatang. Pertaruhannya, apakah Demokrat tanpa petahana Joe Biden, akan bertahan, atau "layu"?.
Mengapa saya mulai dari Paolo Zampoli? Ya, dalam sebuah pesta kaum "super kaya" di "Kit Kat Club". Paolo Zampoli yang merupakan rekan bisnis, pengusaha dan presenter kaya Donald Trump. Dialah yang memperkenalkan model cantik Melania Knauss kepada pengusaha properti kondang ini, tahun 1998.
Donald Trump, sangat "berbunga-bunga", dan tentu berterima kasih kepada mitra bisnis keturunan Italia ini. Pastinya, perjalanan 'kisah kasih' Trump dengan gadis asal Semenanjung Balkan, Melania, hanya Trump-Melania yang tahu.
Tujuh tahun kemudian, gadis asal Ljubljana (Slovenia), sebuah negara pecahan Yugoslavia ini. Melangsungkan pernikahan (2005), di Palm Beach (AS). Zampoli menggambarkan, pernikahan Trump-Melania adalah pernikahan abad ini.
BACA JUGA:Latihan Maksimal, Tunjukkan Kemampuan Terbaik
Zampoli, yang dalam pengakuannya menyebut, bahwa dialah pertama kali membawa Melania dari Ljubljana (Slovenia/Eropa) tahun 1996. Sebagai sosok yang suka memakai baju "designer" dengan inisial PZ, nampak sekali Zampoli adalah seorang "talent scouting", pencari bakat untuk para 'modeling'.
Satu hal yang menarik dari Paolo Zampoli, terdengar seperti agamis. Dalam kepercayaan Italia, mempertemukan Trump-Melania, atau mempertemukan siapa pun hingga ke jenjang pernikahan. "Anda akan langsung naik ke Surga,"kata Zampoli dalam sebuah buku "The Un-Authorized Biography", yang ditulis bersama: Bojan Pozar dan Igor Omerza.
Donald John Trump, dengan segala kontroversialnya, telah memberi fenomena baru dalam kepemimpinan di "White House". Gaya dan gestur kandidat "fixed" dari Partai Republik ini, membawa keraguan pada calon partai Demokrat, dan petahana Joe Biden, untuk bisa memenangkan pemilihan.
Puncaknya adalah, saat debat pendahuluan 27 Juni lalu (studio CNN) di Kota Atlanta (Negara Bagian Georgia), antara Joe Biden-Donald Trump .
BACA JUGA:Jaga Situasi Kondusif Pagaralam
Semakin 'membuncahkan' nafas skeptis pada Partai Demokrat. Joe Biden yang terbata-bata saat berucap, ditambahkan 'lost' runtutan pemikiran. Hal ini kemudian, semakin memunculkan keraguan Joe Biden bisa menang melawan Trump yang sistematis.
Alasan terkena flu, sehingga suara Biden serak mengemuka. Para penasehat susah payah menjelaskan kepada 'pers'. Jawaban yang terpotong-potong 'sang petahana', 'memiriskan' para pendukung Demokrat, dan juga para penyokong dana. Terlebih, telah disepakati pula, debat Biden-Trump ke-2, tanggal 10 September.
Sekalipun untuk usia tak berbeda jauh, sang petahana: Joseph Robinnete Biden Jr (Joe Biden) 81 tahun, pernah menjabat Wakil Presiden selama dua periode era Barack Obama (2009-2017). Pula, Donald John Trump (Donald Trump) 78 tahun, pernah menjadi Presiden (2017-2021).
Namun, enegisitas, Trump yang 'entertainer', berbeda banyak dengan Biden.
BACA JUGA:Kelola Sampah Libatkan Masyarakat