KORANPAGARALAMPOS.CO - Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yang terdiri dari dua pulau utama yaitu Bangka dan Belitung, merupakan wilayah dengan kekayaan budaya yang beragam.
Keberagaman ini tercermin dalam berbagai suku yang mendiami daerah ini, masing-masing dengan tradisi, adat istiadat, dan budaya uniknya. Berikut adalah profil lima suku yang ada di Bangka Belitung beserta kekayaan budaya mereka.
1. Suku Melayu Bangka
Suku Melayu adalah suku asli dan terbesar di Bangka Belitung. Mereka memiliki tradisi yang kuat dan kaya, seperti adat pernikahan, upacara adat, dan festival budaya.
Salah satu tradisi yang terkenal adalah "Sedekah Rame," yaitu acara gotong royong masyarakat untuk membersihkan lingkungan, terutama saat menjelang bulan Ramadan.
BACA JUGA:Spot-spot Populer yang Ditawarkan Jika Berwisata ke Wonosobo. Ini Tempat-tempatnya!
Seni budaya Melayu Bangka juga mencakup tarian, musik, dan kuliner khas seperti lempah kuning (sup ikan khas Bangka) dan kemplang (kerupuk ikan).
2. Suku Tionghoa
Suku Tionghoa di Bangka Belitung memiliki sejarah panjang sejak zaman penjajahan Belanda. Mereka datang untuk bekerja di tambang timah dan akhirnya menetap di daerah ini. Komunitas Tionghoa membawa serta tradisi dan budaya mereka, yang kemudian berbaur dengan budaya lokal.
Perayaan Imlek (Tahun Baru Cina) menjadi salah satu perayaan besar yang sangat dinantikan, diiringi dengan pertunjukan barongsai dan liong. Masakan khas Tionghoa, seperti bakmi bangka dan kue keranjang, juga menjadi bagian penting dari kuliner daerah.
3. Suku Bugis
Suku Bugis di Bangka Belitung umumnya berasal dari Sulawesi Selatan dan mulai bermigrasi ke daerah ini sejak beberapa abad lalu.
BACA JUGA:Keindahan Pulau Jawa: 6 Destinasi Wisata Wajib Yang Tak Boleh Dilewatkan!
Mereka dikenal sebagai pelaut ulung dan memiliki keahlian dalam berdagang. Suku Bugis membawa adat dan budaya mereka, termasuk bahasa, musik, dan tarian.
Tradisi pelayaran dan perikanan mereka masih terlihat kuat hingga kini. Mereka juga merayakan berbagai upacara adat seperti "Mappalili" (upacara tolak bala) dan "Sayyang Pattudu" (kuda menari).