Selain itu, sebagian lain tetap menetap di Blambangan yang saat ini lebih dikenal dengan Banyuwangi.
Selain itu, suku Osing juga kerap dikaitkan dengan peristiwa puputan bayu.
Singkatnya, sekitar tahun 1771 M, masyarakat Osing menampilkan kegigihannya dalam melawan dominasi VOC.
Kemudian, suku Osing sendiri juga memiliki banyak wujud kekayaannya. Salah satunya adalah bahasa Osing.
BACA JUGA:Bikin Geleng-geleng, Investor dari Amerika Borong 70 Ribu Bitcoin
Dalam hal ini, mereka menggunakan bahasa daerahnya sendiri yang dinamakan bahasa Osing.
Pada sejarahnya, bahasa tersebut dipercaya sebagai turunan dari bahasa Jawa Kuno yang sebelumnya digunakan Majapahit.
Akan tetapi, bahasa ini memiliki penggunaan dialek yang sedikit berbeda.
Termasuk di antaranya dalam hal penekanan terhadap sejumlah huruf.
BACA JUGA:Drama Love All Play, Kisah Cinta Romantis di Lapangan Bulu Tangkis
Namun sayangnya, pengguna bahasa Osing diketahui semakin jarang pada keberlanjutan zaman.
Tak hanya bahasa, suku Osing juga memiliki wujud kebudayaan lainnya.
Sebut saja seperti tradisi Tumpeng Sewu, Barong Ider Bumi, upacara adat, tari-tarian, dan lain sebagainya. *