KORANPAGARALAMPOS.CO - Percikan bunga api beterbangan ke seluruh penjuru arena pertarungan menghasilkan pemandangan indah bak kembang api.
Tradisi unik ini bernama perang obor, duel saling pukul dengan semburat nyala api.
Meski terlihat berbahaya, para pemain sangat antusias mengikuti tradisi. Semakin malam kemeriahan semakin terasa. Perang obor jadi tradisi tahunan masyarakat Desa Tegalsambi, Tahunan, Jepara, Jawa Tengah.
Masyarakat Desa Tegalsambi rutin menggelar tradisi perang obor setiap pada Senin Pahing, malam Selasa Pon di bulan Dzulhijjah, dalam kalender Jawa atau Arab.
BACA JUGA:Drakor Bloody Heart, Cinta dan Intrik Politik Berdarah Keluarga Kerajaan Era Joseon
Perang obor merupakan sebuah upacara adat yang dinantikan oleh masyarakat Jepara karena rutin digelar dan sudah menjadi warisan budaya tradisional masyarakat setempat
Obor yang terbuat dari daun kelapa kering, diikat menjadi satu, dibakar, kemudian dimainkan dengan cara dibenturkan satu sama lain.
Sudah pasti efeknya adalah percikan api, bara, dan nyala api yang terkadang cukup besar sehingga seperti perang api pada zaman dahulu.
Upacara perang obor ini didasarkan atas legenda Ki Gemblong yang dipercaya oleh Kyai Babadan untuk merawat dan menggembalakan ternaknya.
BACA JUGA:Jangan Minder, Begini 6 Cara Efektif Mengatasi Bopeng Dengan Perawatan Alami
Namun karena saat itu Ki Gemblong terlena dengan ikan dan udang yang ada di sungai, akibatnya ternak tersebut terlupakan sehingga hewan-hewan menjadi sakit dan bahkan mati.
Kyai Babadan yang tidak terima dengan kelalaian Ki Gemblong saat menggembala ternaknya, lantas memukul Ki Gemblong dengan obor dari pelepah kelapa.
Tak terima, Ki Gemblong juga menggunakan obor serupa untuk membela diri atas perlakuan Kyai Babadan.
Akhirnya pertempuran terjadi, dan tanpa diduga, benturan kedua obor tersebut menyebarkan percikan api ke arah tumpukan jerami di sebelah kandang.
BACA JUGA:Mengenal Inner Child , Dan Cara Mengatasinnya