Ia mengaku pertama kali tertarik dengan Hutan Batang Tolu pada tahun 2005 saat ia mendirikan stasiun pemantauan flora dan fauna.
Kami juga akan memasang kamera jebakan untuk mencari tahu apa yang ada di hutan.
Sejak saat itu, penelitian mengenai habitat orangutan di Hutan Batang Tolu terus dilakukan.
Survei geofisika hutan juga dilakukan untuk mengetahui ketinggian dan kemiringan tanah, kerentanan terhadap erosi, dan untuk mengetahui bagaimana curah hujan terjadi di suatu daerah.
BACA JUGA:Pulau Hinako: Objek Wisata Alam Sumatera Utara
Semua itu ia lakukan dalam penelitian hukumnya di Indonesia tentang bobot pengklasifikasian hutan menjadi hutan lindung, hutan produksi, atau hutan produksi terbatas.
Saat itu hutan Batang Tolu ditetapkan sebagai hutan produksi.
Meskipun Pegunungan Batang Tolu sangat terjal, namun keanekaragaman hayatinya luar biasa, termasuk curah hujan hingga 4.000 milimeter per tahun, termasuk harimau Sumatera, orangutan, dan hewan langka lainnya yang berada di ambang kepunahan.
Oleh karena itu, perlu untuk mempertimbangkan dan mendiskusikan penyelidikan tersebut bekerja sama dengan otoritas setempat.
BACA JUGA:Wah Keren Inilah Keindahan Panorama Air Terjun Tiu Kelep Lombok
Banyak pertanyaan mengenai bagaimana kondisi hutan yang cukup baik untuk menjadi hutan produktif.
"Perlu upaya signifikan untuk menyelamatkan ekosistem Batang Tolu dari kehancuran."kata Gabby.
YEL mengizinkan banyak mahasiswa khususnya dari Universitas Sumatera Utara (USU), Balai Penelitian Pertanian Bogor, dan banyak universitas lain di Indonesia untuk melakukan penelitian di kawasan Batang Tolu.
Studi siswa tentang tumbuhan dan hewan yang dikembangkan untuk ilmu pengetahuan.
BACA JUGA:Objek Wisata Sejarah Gua Togi Ndrawa di Pulau Nias
Banyak penemuan menarik, termasuk anggrek.